Jumat, 08 Maret 2013

Indahnya Bercinta Dalam Islam


  
I Love U,,,       

     Yah , itulah kata yang sering terdengar pada remaja sekarang ini , mengartikan cinta dengan sembarangan.Padahal mereka sama sekali belum paham apa yang di namakan cinta sebenarnya ,
Semoga aja,  artikel gue kali ini bermanfaat bagi loe semuaa .









 
    Cinta Allah cinta yang tak bertepi. Jikalau sudah mendapatkan cinta-Nya, dan manisnya bercinta dengan Allah, tak ada lagi keluhan, tak ada lagi tubuh lesu, tak ada tatapan kuyu. Yang ada adalah tatapan optimis menghadapi segala cobaan, dan rintangan dalam hidup ini. Tubuh yang 
 kuat dalam beribadah dan melangkah menggapai cita-cita tertinggi yakni syahid di jalan-Nya.

    Tak jarang orang mengaku mencintai Allah, dan sering orang mengatakan mencitai Rasulullah, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah tanpa ada bukti yang diberikan, sebagaimana seorang arjuna yang mengembara, menyebarangi lautan yang luas, dan mendaki puncak gunung yang tinggi demi mendapatkan cinta seorang wanita. Bagaimana mungkin menggapai cinta Allah, tapi dalam pikirannya selalu dibayang-bayangi oleh wanita/pria yang dicintai. Tak mungkin dalam satu hati dipenuhi oleh dua cinta. Salah satunya pasti menolak, kecuali cinta yang dilandasi oleh cinta pada-Nya.
  
      Di saat Allah menguji cintanya, dengan memisahkanya dari apa yang membuat dia lalai dalam mengingat Allah, sering orang tak bisa menerimanya. Di saat Allah memisahkan seorang gadis dari calon suaminya, tak jarang gadis itu langsung lemah dan terbaring sakit. Di saat seorang suami yang istrinya dipanggil menghadap Ilahi, sang suami pun tak punya gairah dalam hidup. Di saat harta yang dimiliki hangus terbakar, banyak orang yang hijrah kerumah sakit jiwa, semua ini adalah bentuk ujian dari Allah, karena Allah ingin melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya pada-Nya. Allah menginginkan bukti, namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya, justru sering berguguran cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya.

          Cinta itu adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan kasih sayang terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut

             " Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri”.
        Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah SWT, maka ia akan menjadi ibadah. Dan apabila sebaliknya, jika cinta itu tidak sesuai dengan ridha Allah SWT maka akan menjadi perbuatan maksiat (seperti yang terjadi pada zaman sekarang ini). Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila keliru menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah yaitu kesyirikan.

 " Saudaraku, bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang tercantik dan tertampan, telah luntu ".


Cinta Sejati Menurut Islam :
1. Tidak rela yang dicintai menderita
2. Rela berkorban apapun demi yang dicintai
3. Memenuhi segala keinginan dari yang dicintai
4. Tidak pernah memaksakan kehendak kepada yang dicintai
5. Berlaku sepanjang masa. Cinta tersebut hanya ada antara Khalik dan Makhluk, cinta antara makhluk harus ditambah syarat-syarat berikut:
 
a. Cintanya tersebut karena Allah S.W T.
b. Harus memenuhi segala aturan yang dibuat oleh Allah SWT.
c. Sex bukanlah cinta dan cinta bukanlah sex, tetapi sex adalah bunga-bunga dari cinta dan hanya ada dalam pernikahan dan hanya dengan yang dinikahi
d. Cinta bukan uang atau harta atau duniawi, tetapi cinta membutuhkan uang, harta dan duniawi.
“Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)
       Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat?
  Cinta adalah kekuatan yang mampu
    mengubah duri jadi mawar
    mengubah cuka jadi anggur
    mengubah  sedih jadi riang
    mengubah amarah jadi rumah
    mengubah musibah jadi muhibah
     Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.
(Hamka)

     Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus, tumbuhlah oleh karena embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur, di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.
(Hamka)

     Tanda cinta kepada Allah adalah banyak mengingat (menyebut) Nya, karena tidaklah engkau menyukai sesuatu kecuali engkau akan banyak mengingatnya.
Ar Rabi’ bin Anas (Jami’ al ulum wal Hikam, Ibnu Rajab)

     Sesungguhnya apabila badan sakit maka makan dan minum sulit untuk tertelan, istirahat dan tidur juga tidak nyaman. Demikian pula hati apabila telah terbelenggu dengan cinta dunia maka nasehat susah untuk memasukinya.
Malik bin Dinar (Hilyatul Auliyaa’)

    Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu.
Ali bin Abi Thalib

    Engkau berbuat durhaka kepada Allah, padahal engkau mengaku cinta kepada-Nya? Sungguh aneh keadaan seperti ini. Andai kecintaanmu itu tulus, tentu engkau akan taat kepada-Nya. Karena sesungguhnya, orang yang mencintai itu tentu selalu taat kepada yang ia cintai.
(A’idh Al-Qorni)

   Aku tertawa (heran) kepada orang yang mengejar-ngejar (cinta) dunia padahal kematian terus mengincarnya, dan kepada orang yang melalaikan kematian padahal maut tak pernah lalai terhadapnya, dan kepada orang yang tertawa lebar sepenuh mulutnya padahal tidak tahu apakah Tuhannya ridha atau murka terhadapnya.
 
Macam-macam Cinta :
 
 
 
Kata-Kata Mutiara Cinta Islami :
 
* Cinta itu milik allah, Hari ini dia tarik rasa cinta dari hatimu .Karena dia ingin manusia sadar bahwa cinta kepada seseorang yang bukan halal bagimu lambat laun pasti akan pudar dan kamu akan merasa tawar hati dengannya , tetapi Cinta Pada Tuhan Yang Maha Esa hatimu tidak akan pernah sekalipun mencoba untuk tawar *
  
 " Cinta Perlu dicari. 
    Takkan hadir andai engkau menyendiri.
    Hadirnya menceria sepi.
    Hilangnya sukar engkau ganti
    Andai itu cinta suci.
 
    Pernahkah engkau tanyakan diri ?
    Benarkah cinta itu membutakan hati ?
    Atau cinta dibutaka hati ?
 
Pernahkah engkau temui ?
Cinta setulus ILLAHI ?    



Cinta kepada allah dengan ketaatan
Cinta Kepada rasul dengan kepribadian mulia
Cinta kepada jihad  dengan perjuangan
Cinta kepada  mahkluk dengan mentaati allah


      Cinta adalah kecenderungan permanen yang dialami oleh kalbu orang yang dimabuk asmara.” Demikian yang dikemukakan oleh Ibnu Qayyim, Taman Jatuh Cinta, bab Akar Kata Nama-Nama Cinta dan Maknanya, ketika mulai menjelaskan pengertian cinta (mahabbah). Jadi, cinta sejati berlangsung abadi, selama-lamanya.
      Bila ada “ilmuwan” yang mengemukakan hasil “penelitian” (yang kurang teliti) bahwa cinta antara pria-wanita hanya berlangsung selama 4 tahun, sedangkan seterusnya nafsu seks birahi, maka itu berarti bahwa sang “ilmuwan” belum mengenal cinta sejati lantaran kurang teliti. Sebab, dia hanya meneliti “gairah” cinta dan belum mendalami cinta sejati itu sendiri. Padahal, cinta sejati tidaklah semata-mata “gairah” dalam bercinta.
    Kalau pada suatu hari ada seseorang yang mengatakan bahwa dia tidak mencintaimu lagi, maka itu berarti ada dua kemungkinan: [1] sebelumnya dia pun tidak sungguh-sungguh mencintaimu, atau [2] sekarang dia masih mencintaimu walau tidak mengakuinya.
Andaikan suamimu menyatakan bahwa dia tidak mencintaimu lagi dengan alasan bahwa tubuhmu tidak sexy lagi, maka dapat diartikan bahwa sejak dulu pun dia tidak pernah mencintaimu, tetapi hanya “mencintai” keseksian tubuh wanita.
   Jika engkau hendak mencintai dia sampai akhir hayat dikandung badan, yaitu sampai ajal datang, maka cintamu belum sempurna, belum tergolong cinta sejati. Sebab, cinta sejati itu tidak berhenti sewaktu kita berada di dunia saja, tetapi juga kelak di kehidupan akhirat kita.
Allah Sang Maha Penyayang sudah memperingatkan bahwa pasangan yang mesra di dunia mungkin saja justru bermusuhan di Hari Pengadilan kelak. Dia berfirman, “Orang-orang yang akrab [di dunia ini] sebagiannya akan menjadi musuh bagi sebagian yang lain pada Hari [Kebangkitan Kembali] itu, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS az-Zukhruf [43]: 67)
     Mungkin saja di Hari Pengadilan itu, ketika kita disidang untuk mempertanggungjawabkan sikap dan perilaku kita yang mendekati zina, misalnya, maka kita akan saling tuding, “Kamu dulu yang merayuku. Jadi, kamulah yang bertanggung jawab.” Tapi, kita tidak bisa melepaskan diri dari tanggung jawab. Semua sikap dan perilaku kita harus kita pertanggungjawabkan kelak di Hari Pengadilan itu.
    Jadi, kalau kita menghendaki cinta sejati, salah satu syaratnya adalah menjadikannya abadi sampai kelak di surga akhirat. Kemudian supaya cinta kita menjadi abadi hingga kelak di surga akhirat itu, maka kita harus senantiasa menjaga ketaqwaan kita.
    Kalau cinta kita membuat kita semakin bertaqwa, maka itu pertanda bahwa cinta kita adalah cinta sejati. Namun kalau cinta kita justru menjauhkan kita dari ketaqwaan, maka itu bukanlah cinta yang sesungguhnya, melainkan hawa nafsu kita.
    Kabar gembira: kamu bisa mendeteksi apakah si dia sungguh mencintaimu. Caranya, amatilah bagaimana dia tersenyum menanggapi “keberadaanmu”.
  
    Memang, ada berbagai jenis senyum. Betapapun manisnya, bisa saja senyum si dia itu bukan lantaran senang, melainkan oleh sebab lain, misal lantaran kesopanan atau pun senyum palsu si “buaya darat”.       Namun, penelitian ilmiah telah memberitahukan senyum yang bagaimanakah yang benar-benar bersumber dari rasa suka.
Untuk jelasnya, berikut ini hasil pembacaan dan pengembangan dari aku, M Shodiq Mustika, terhadap buku Paul Ekman, Emotions Revealed: Understanding Faces and Feelings (London: Phoenix, 2003), Chapter 9:
    Lebih dari seratus tahun yang lalu, neurolog Duchenne de Boulogne telah membuktikan bahwa orang yang senang (dalam menanggapi sesuatu) tidak hanya tersenyum, tetapi juga “mengaktifkan” (tanpa sadar) otot yang memutar di sekitar mata. Aktifnya otot ini terjadi hanya pada emosi jiwa yang manis. Belakangan, penelitian mutakhir dari Paul Ekman menegaskan bahwa hampir semua orang tidak bisa secara sengaja menggerakkan otot tersebut ketika merasa tidak suka. (Hal ini mengukuhkan “kebenaran” pepatah bahwa mata tidak bisa berbohong.)
     Otot tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dalam (pengetat pelupuk mata) dan bagian luar (pengetat pelupuk mata dan kulit di bawahnya). Bagian luar inilah yang pada umumnya tidak bisa digerakkan secara sengaja. Bagian inilah yang bergerak ketika orang tersenyum lantaran benar-benar suka. Gerakannya berupa menurunkan alis mata dan kulit di bawahnya, menaikkan kulit di bawah mata, dan menaikkan pipi.
    
    Kalau kamu bukan pengamat yang cermat, mungkin deskripsi gerakan bagian otot tersebut kurang jelas. Untuk lebih memahaminya, perhatikanlah gerakan di seputar mata pada bayi yang umurnya sekitar 10 bulan.  Ketika diperkenalkan dengan orang asing, ia tersenyum, tetapi tidak melibatkan otot di sekitar mata. Lain halnya ketika sang ibu mendekatinya. Senyumnya jelas-jelas melibatkan otot di sekitar mata: menurunkan alis mata dan kulit di bawahnya, menaikkan kulit di bawah mata, dan menaikkan pipi. Inilah senyum yang menandakan cinta.
    Senyum begitulah yang ditunjukkan oleh setiap orang yang bertemu dengan orang lain yang dia rindukan. Karena itu, kamu bisa mendeteksi kesungguhnya cinta si dia kepadamu. Cara praktisnya: amatilah bagaimana dia tersenyum menanggapi “keberadaanmu”.
Perhatian: Sebagian “buaya darat” yang berpengalaman mungkin bisa membohongi kamu dengan “senyum yang menandakan cinta” ketika menghadapi keberadaanmu dengan tatap muka. Bisa saja senyumnya melibatkan otot di seputar mata. Namun, sulit baginya untuk berbohong dengan senyumnya bila ia menghadapi “keberadaanmu” ketika tidak bertatap muka denganmu. Umpamanya, ketika ia (tiba-tiba) mendengar namamu disebut-sebut (dengan citra positif) ketika 
 berbincang-bincang dengan kerabatnya atau kawannya (yang jenis kelaminnya sama denganmu).
    Jadi, kalau kamu mau mendeteksi kesungguhan cinta si dia kepadamu, jangan hanya mengandalkan pengamatan diri sendiri. Minta tolonglah kepada beberapa temannya atau kerabatnya (yang netral, jujur, dan jenis kelaminnya sama denganmu) untuk menjadi “mata-matamu”. Mintalah mereka untuk sesekali menyebut namamu (dengan citra positif) ketika bertatap-muka dengannya. Mintalah mereka mengamati bagaimana dia tersenyum ketika mendengar namamu disebut-sebut. (Untuk pelaksanaannya, pilihlah waktu-waktu yang tergolong saat terbaik untuk PDKT.) Insya’Allah kamu menjadi tahu, benarkah dia sungguh-sungguh suka kepadamu.
   Alangkah baiknya jika kita TA'ARUFAN dahulu, sebelum pacaran karena merka yang menjadi lawan jenis kita belum halal bagi kita untuk menyentuhnya 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar